TERJERUMUS MENJADI PENGAJAR
Akhirnya, ada waktu nulis juga. Anak baru tidur
nih, jadi baru bisa nulisnya sekarang. Nulisnya selalu malam, karena seharian
sibuk maen sama anak, sorenya mengajar di LBB deket rumah. Saya selalu bilang maen sama anak, bukan
ngurusin anak. Kenapa? Karena menurut saya, bermain adalah hal yang
menyenangakan. Sedangkan mengurus merupakan kata kerja, dan bekerja itu kan
melelahkan. Apa sih kok gak nyambung?! Hehehe.
Hari ini saya mau
membicarakan tentang pekerjaan. Saya adalah pengajar di sebuah LBB di dekat
rumah. Tiga sampai empat kali dalam seminggu saya mengajar siswa SD dan SMP. Waktunya
pun relatif sebentar hanya 90 menit setiap kali mengajar. Dulu sebelum memiliki
anak, waktu mengajar bisa sampai 3 jam, dan full selama hari kerja yaitu
senin-sabtu. Namun karena sudah punya anak, jadi saya membatasi waktu mengajar.
Sebenarnya menjadi
pengajar bukanlah cita-cita saya. Apalagi menjadi guru di sekolah. Tidak pernah
terbesitpun dalam benak saya bahwa saya akan menjadi seorang pengajar. Tetapi keadaan
membawa saya bertemu dengan anak-anak yang menyenangkan. Padahal saat baru
lulus kuliah, teman-teman banyak yang mendaftar menjadi guru. Saya memilih
menikah dan memulai usaha kecil-kecilan bersama suami. Kebetulan, suami juga
orang yang lebih menyukai berwirausaha dari pada menjadi pegawai.
Menjadi pengajar
mau tidak mau saya harus rajin-rajin mencari materi mengajar sebelum diajarkan
kemurid. Malu dong kalau ada murid yang tanya lalu saya tidak bisa menjawab. Meskipun
mereka anak SD atau SMP, tetapi terkadang pertanyaan mereka mampu mengecoh
saya. Menjadi pengajar membuat saya juga ikut belajar. Pelajaran yang tidak
bisa saat sekolah dulu harus saya kuasai. Hal-hal yang tidak ketahui sebelumnya
sekarang menjadi makanan tiap minggu. Semakin hari harus semakin menggali
informasi, menemukan metode-metode baru agar mengajar tidak monoton dan murid
menyukai belajar.
Tantangannya tidak
mudah. Terkadang ada beberapa murid yang asik main sendiri ketika saya
menjelaskan materi, atau sebagian malah makan-makan di kelas, maen gadget,
bahkan ada yang tertidur. Awalnya saya kaget, dan malah kepikiran untuk
berhenti mengajar. Karena berpikir bahwa saya tidak cocok menjadi pengajar. Buktinya,
mereka asik dengan dunianya dan tidak memperhatikan saya. Tetapi meanset itu berubah kala saya cuti
melahirkan. Saya cuti sekitar 2 bulanan. Murid-murid banyak yang menanyakan
kapan saya masuk. Saat itu saya berpikir, apakah mereka merindukan saya? Atau itu
hanya basa basi mereka saja? Apapun jawabannya, bagi saya mereka adalah
anak-anak. Dan perkataan anak-anak adalah kejujuran dari sikap polosnya.
Pengajar atau
guru adalah profesi yang paling mulia. Pengajar adalah pencetak pendidikan bagi
anak-anak bangsa. Saya bangga sebagai pengajar, meskipun hanya pengajar di LBB.
Setidaknya saya mengamalkan ilmu yang saya punya, dan yang terpenting waktu
untuk keluarga juga lebih banyak. Karena sejatinya, seorang ibu adalah sekolah
pertama untuk anaknya.
#OneDayOnePost
#FebruariMembara
2 komentar
Guru apa mbak? Saya malah pingin banget ngajar, tapi belum dibutuhin, baru kelar semester satu kali ya mba hahaha. Demangat mbak, semoga jadi pendidik yang banyak menebar manfaat ^^
BalasHapusHai dek selvi, maaf baru sempat balas. laptop abis operasi selama seminggu nih, maklum udah tua renta laptopnya, hehehe.
Hapuskebetulan aku guru Bahasa Indonesia.
Dek Selvi jurusan apa?